David dan Elizabeth adalah sepasang suami istri asal Amerika, mereka bermaksud berwisata di Afrika. Sebelumnya mereka telah browsing tujuan wisata yang ada di sana. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah sebuah kota hantu di selatan Namibia. Kota itu bernama Kolmanskop. Menurut salah satu artikel menyebutkan kalau kota itu sebelumnya adalah kota yang sibuk karena pada masa itu kota Kolmanskop adalah pusat tambang berlian.
“David, lihat ada kota hantu nih!” seru Elizabeth seraya menunjukkan layar laptop kepada suaminya.
David melongok sebentar kearah layar lalu tersenyum, katanya, “Suka benar sih dengan hal-hal yang berbau hantu!”
“Bukan hantunya yang aku suka, tapi cerita misterinya!” sergah Elizabeth.
“Emang apa sih misterinya?” tanya David pura-pura tertarik, padahal itu hanya taktiknya saja untuk menyenangkan hati istrinya. Dia tahu tabiat belahan jiwanya itu yang suka sekali dengan hal-hal yang berbau misteri dan di luar nalar manusia.
“Menurut artikel ini, kota Kolmanskop adalah kota mati, kota yang sudah ditinggalkan penduduknya karena tidak ada penghidupan lagi disebabkan demam berlian memudar!”
Sumber Gambar : https://vagrantsoftheworld.com
“Oooh… lantas apa istimewanya? Percuma dong jauh-jauh ke Afrika cuma lihat kota yang sudah porak poranda... kota mati kan kota yang sudah tidak ada penghuninya? Kalau rumah atau bangunan mangkrak begitu tinggal tunggu waktu saja buat keruntuhannya!”
“Iya sih... tapi tahu sendiri kan... sesuatu yang berbau “mati” pasti penuh misteri!” Elizabeth tidak mau kalah.
“Mati ya mati saja... tidak usah dihubung-hubungkan dengan yang hidup! “
“Yaaaa... gimana sih! Sensasinya itu lho...!”
“Oohh... wisata sensasi dong namanya... hahahaha!” David tertawa.
Elizabeth tersenyum kecut mendengar gurauan suaminya.
“Yaaaa... kalau tertarik sih! Kalau nggak mau kesana juga tidak apa-apa kok!” ujarnya sembari cemberut, kali ini Elizabeth mencoba mengalah.
“Maaf... hanya bercanda saja sayang! Wisata kali ini kamu yang memutuskan! Kan tahun kemarin sudah aku yang memilihkan, sekarang giliranmu!” nada suara David terucap dengan serius.
“Beneran nih...!” Elizabeth melonjak kegirangan. Dia beranjak dari kursi dan memeluk suaminya dengan kencang seolah dia barus memenangkan lotere satu juta dollar.
David yang dipeluk tersenyum saja. Tahun ini memang jatah istrinya untuk memilih tempat wisata. Meski sebenarnya dia kurang suka dengan jenis wisata seperti itu tapi dia menyadari kalau tiap orang mempunyai keinginan yang berbeda satu sama lain.
“Ya sudahlah... sudah malam. Aku sudah lelah sekali seharian tadi bekerja. Aku tidur duluan ya?” kata David sambil mengecup kening istrinya.
“Iya deh... aku masih ingin baca-baca artikel tentang kota itu. Selamat tidur!” jawab Elizabeth manis. Ya dia senang sekali karena suaminya setuju dengan pilihannya akan wisata ke Afrika.
David lalu beranjak dari kursi dan melemparkan badannya ke tempat tidur, dia membalikkan badan dan mematikan lampu di atas nakas di samping tempat tidurnya, sedang Elzabeth yang tadi mengikutinya menuju tempat tidur, masih bertahan di sisi sebelah kanan suaminya sambil memegang laptop yang dia taruh di pangkuannya. Lampu tidur di sisinya dibiarkan tetap menyala, tapi itu tidak akan mengganggu David karena lampu itu tidak terlalu terang dan hanya menyorot ke bagian dirinya saja.
“Kota Hantu Kolmanskop Afrika. Serangkaian struktur tampak terlantar, sisa-sisa pertambangan berlian di Afrika yang ditinggalkan penduduknya dan sebagian tertutup oleh bukit pasir panjang.
Wisatawan mengalami perjalanan yang sulit untuk mencapai Kolmasnkop untuk melihat apa yang tersisa dari arsitektur Jermanik yang aneh dan kemudian menyeberang melalui timbunan pasir untuk mendapatkan sekilas bagian dalam strukturnya.
Seperti halnya kota Jerman, kota itu juga mempunyai rumah sakit, ballroom, pembangkit tenaga listrik, sekolah, teater, dan kasino. Ketika pasar berlian jatuh, hanya tersisa untuk bisa ditutupi dengan pasir waktu.
Awalnya kota ini merupakan kota penghasil berlian. Namun penampakan wajahnya kini berubah. Menjadi kota mati yang menyeramkan. Tidak ada kehidupan di kota itu. Tapi keunikan itu yang justru dicari para penyuka wisata horror. Seiring mengeringnya tambang berlian, kota itu ditinggalkan oleh para penduduknya.
Kolmanskop ada di selatan Namibia, beberapa kilometer dari pelabuhan Luderitz, Afrika. Kolmanskop yang dikelilingi gurun harus menerima nasib setiap kali terjadi hembusan angin kencang yang membawa hujan pasir. Bahkan, kini hampir seluruh bagian kota tertimbun pasir. Bangunan bangunan megah yang dulu berdiri tegap pun ikut terkikis dan tertutup pasir.
Namun pemandangan ini tak menyurutkan para fotografer untuk mengabadikan Kolmanskop. Kota inipun beberapa kali digunakan sebagai lokasi syuting. Antara lain film Dust Devil di tahun 1993, The King Is Alive di tahun 2000 dan Life After People: The series di tahun 2010.
Sedikit menilik latar belakang Kolmanskop, kota ini dipopulerkan oleh Zacharies Lewala, seorang buruh pembuat rel kereta api. Ia menemukan tambang berlian dan melaporkannya kepada atasannya. Kabar tentang tambang berlian inipun segera menyebar ke seluruh dunia.
Kota itu menjadi banyak didatangi penambang yang sebagian besar berasal dari Jerman. Mereka membangun kota dengan megah. Rumah-rumah elegan dengan arsitektur Jerman tumbuh pesat di sini. Juga fasilitas perkotaan seperti rumah sakit, pembangkit listrik, gedung pertemuan, sekolah, bioskop, gedung olahraga, kasino, pabrik, taman, kolam renang, pertokoan, sarana transportasi trem pertama di Afrika dan stasiun yang menggunakan pemeriksaan X ray pertama di dunia.”
Elizabeth tertegun membaca artikel itu, kota Kolmanskop tentulah kota yang sangat maju di saat itu. Dia membayangkan New York kota dimana dia tinggal bersama suaminya kini. Kota yang selalu ramai dan sibuk. Pastilah kota Kolmanskop juga seperti itu, nadi perekonomian yang terus berdenyut menggerakkan kota yang begitu aktif berputar karena digerakkan oleh bisnis pertambangan berlian.
Dia lalu membaca artikel lainnya di laptop itu.
“Kolmanskop adalah sebuah kota hantu di selatan Namibia, beberapa kilometer dari pelabuhan Luderitz. Pada tahun 1908 Luderitz mengalami demam berlian dan orang orang kemudian menuju ke padang pasir Namib untuk mendapatkan kekayaan dengan mudah. Dalam dua tahun terciptalah sebuah kota lengkap dengan prasarananya seperti kasino, sekolah, rumah sakit, juga dengan bangunan tempat tinggal yang eksklusif yang berdiri di lahan yang dulunya tandus dan merupakan padang pasir luas.
Banyak orang orang yang bepergian mengunjungi kota tersebut untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana wilayah dan daerah di sekitar kota tersebut, tetapi kebanyakan artikel yang ditemukan ataupun gambar yang diambil adalah beberapa gambar dan jepretan foto pada waktu siang hari ataupun pagi hari, belum ditemukan penjelajah yang mengarungi kota Namibia tersebut pada malam hari, dikarenakan suasana sulit padang pasir pada malam hari yang kurang mendukung untuk istirahat ataupun perjalanan pada malam hari juga.
Tetapi setelah Perang Dunia I, jual beli berlian menjadi terhenti, ekonomi kota itu mulai menurun dan kebutuhan kehidupan sehari-hari tidak dapat terpenuhi dikarenakan ekonomi negara-negara yang terlibat akan perang dunia I mengalami krisis ekonomi, ini merupakan permulaan berakhirnya semuanya dan kekayaan kota tengah padang pasir itu, sepanjang tahun 1950 kota mulai ditinggalkan dan sepi.
Padang pasir telah mulai meminta kembali apa yang pernah menjadi miliknya, kini kota itu menjadi sangat sepi dari kehidupan, masih tersisa banyak rumah-rumah dan bangunan yang ditinggalkan oleh penghuninya menjadi lumayan rapuh akibat dihempas angin padang pasir, tetapi bangunan bangunan di kota itu masih bisa berdiri tegak dan menjadi pertanyaan tersendiri bagi masyarakat luas, kota yang telah lama ditinggalkan tetapi ternyata bangunan masih berdiri.
Banyak kaca-kaca yang telah pecah dan pintu pintu yang telah rusak ataupun telah copot dari engselnya akibat pasir yang masuk ke dalam bangunan, dapat diukur pasir yang telah masuk di beberapa rumah dan bangunan adalah setinggi kepala dada orang dewasa, telihat bahwa gurun pasir tidak ingin miliknya diambil kembali.”
Elizabeth menghela nafas panjang setelah membaca bagian terakhir artikel itu. Sebuah kota di tengah padang pasir, kota yang sudah ditinggalkan dan dibiarkan terbengkelai termakan waktu tapi masih tegak berdiri dan menyisakan kejayaan akan masa lalunya, meski akhirnya lautan pasir dari padang mengalahkannya.
Dalam hati Elizabeth bergumam, meski kota Kolmanskop sudah dikategorikan kota mati, tapi tidak ada sesuatu yang benar-benar mati. Kota itu dulu pernah ada kehidupan yang memayunginya, tentu ada orang orang yang mati dan dikuburkan di kota itu. Dan seperti yang sudah dia baca di artikel artikel sebelumnya dan juga kejadian-kejadian aneh yang seringkali terjadi, biasanya arwah atau roh yang tidak ikhlas mati di dunia ini akan terus terkungkung di dalamnya, dalam hal ini roh-roh dan arwah-arwah itu akan terpenjara di rumah atau bangunan dimana dia menghembuskan nafas terakhirnya. Ada sesuatu yang belum terselesaikan begitu kata orang.
Dia lalu melihat foto-foto yang terpampang di layar, di situ terlihat jelas bahwa bangunan-bangunan itu sudah rapuh dan rusak di sana sini, sebagian bahkan tidak komplit lagi. Tapi... aura yang terpancar sungguh mistis, kota itu seakan seperti manusia, hanya mati di raganya tapi bukan untuk jiwanya. Kota itu seakan memancarnya kepingan masa lalu atas kejayaannya.
Elizabeth memalingkan muka ke arah David yang terlihat tidur dengan nyenyaknya. Sesungguhnya benar yang diucapkan oleh suaminya itu bahwa mereka hanya akan melihat bangunan-bangunan yang rusak berselimutkan padang pasir. Mungkin akan terasa aneh juga wisata jauh-jauh hanya melihat reruntuhan sebuah bangunan... sudah tertimbun pasir pula di beberapa bagian. Tapi entah mengapa dari gambar-gambar yang tersaji itu seperti magnet yang menghisapnya, menariknya dengan kuat untuk melihat langsung kota itu.
Dia termangu melihat foto-foto itu, berkhayal akankah dia berani untuk sendirian di situ dan hidup di masa itu untuk menyelami dan menyatu dengan suasana kota hantu yang sudah mati? Dia lalu geleng-geleng kepala sendiri, ada apa dengan dirinya? Itu kan sudah masa lalu. Kini dia hanya ingin bersama dengan suaminya menikmati wisata kota Kolmanskop, menghayati kepingan kejayaan masa lalu pada kota berlian itu.
Tersenyum... dia seperti tak sabar untuk segera menyambangi kota hantu KOLMANSKOP.