Tuesday, October 22, 2019

Ufiti Kera Misterius di Malawi, Afrika


Stephanie terlihat sibuk membongkar isi lemarinya untuk memilih pakaian yang akan dia masukkan ke dalam koper. Beberapa sudah diambilnya tadi tapi kemudian disisihkan ke pinggir sebagai tanda kalau dia tidak yakin akan pilihannya. Sebagian lagi digeletakkan begitu saja diatas tempat tidur –ia sudah pasti kalau barang itu tidak masuk ke dalam daftar alias disingkirkan. 

Begitu serius dan sibuknya dia memilih pakaian sehingga tidak sadar kalau sudah agak beberapa lama sang ibu memerhatikan tingkah polahnya.

 “Kenapa dengaan pakaian-pakaian ini? Kok kamu sebar di atas ranjang?” tanya Mrs. Thompson kepada putrinya.

Stephanie yang sedari tadi konsentrasi menjadi tersentak dan kaget, dia tidak menyangka ibunya sudah ada di kamarnya, 

“Mami, kapan datang? Bukankah tadi pergi ke supermarket?”

Mrs. Thompson tertawa, “Kamu tidak sadar ya kalau Mami sudah ada di kamarmu dan memperhatikanmu sejak tadi?”

Stephanie menggeleng.

“Mmmmh... Mami lihat kamu begitu serius memilih pakaian? Sampai kamu sebar diatas tempat tidur. Makanya Mami tanya!” ulangnya.

 “Oooo... iya... Ini Stephanie baru pilih-pilih baju yang akan dibawa ke Malawi! Biar nanti kalau foto tampak modis!”

“Aduh kamu tuh... kalau mau foto saat wisata ya bukan foto bajunya yang dilihat tapi acara wisatanya dong! Kamu kan mau wisata ke Afrika... ya kamu berfoto sama harimau atau monyet... itu baru ok!”

“Ah Mami... masak foto sama binatang... Stephanie kan takut!”

“Lhah… namanya juga wisata ke Afrika, yang paling terkenal kan wisata satwa? Pasti heboh kalau kamu pasang di laman jejaring sosialmu... teman-temanmu akan terkagum kagum bahkan mungkin tidak percaya kalau kamu berani foto sama satwa kan?”

Melihat putri tercintanya tampak tertegun dan seperti memikirkan ucapannya tadi, segera saja Mrs. Thompson melanjutkan ucapannya.

“Kalau foto sama harimau atau singa... mungkin enggak lah...! Lagian mending enggak dekat-dekat sama binatang seperti itu, kan mereka termasuk golongan satwa liar pemangsa daging? Meski mungkin sudah ada pawangnya dan dikatakan sudah jinak tetapi naluri binatangnya bisa saja muncul... bisa berbahaya kan?”

Stephanie manggut-manggut, lalu jawabnya, “Mungkin kalau foto sama monyet nggak apa-apa ya!” lanjutnya kemudian, “Monyet kan tidak buas dan berbahaya?”

“Namanya juga binatang... pasti lah tidak bisa dikatakan seratus persen jinak dan aman, lebih baik kamu minta saran paman Doug untuk minta bantuannya!”

Yup, liburan musim panas tahun ini Stephanie berencana liburan ke Afrika, untuk mengunjungi paman dan bibinya yang tinggal di Malawi, Afrika sekalian wisata. Kalau tidak ada keluarga di sana tentulah kedua orang tuanya tidak akan mengijinkan, selain jauh juga biaya yang ditanggung tidaklah kecil. Tapi karena ada paman dan bibi, maka semua bisa diatur. Contohnya untuk keselamatan, pastilah kedua orang tuanya tidak terlalu cemas karena ada saudara yang bisa menjaga putrinya selama tinggal di sana. Untuk biaya, itu juga bisa ditekan, mengingat untuk urusan akomodasi bisa dibilang hampir sepenuhnya ditanggung kerabatnya itu. Tidak perlu tinggal di hotel... cukup tinggal di rumah mereka. Untuk makan dan minum juga bisa membaur. Jadi cukup hanya keluar biaya transportasi dan visa saja, selain biaya kebutuhan pribadi.

“Paman Doug tidak takut binatang buas ya?” tanya Stephanie.

Maminya tertawa, “Tentu takut dong! Paman Doug bukan pawang atau ahli satwa. Dia kan bekerja sebagai tenaga medis di sebuah rumah sakit Malawi...!”

“Terus kenapa mesti minta bantuan paman Doug? Kalau beliau sendiri juga takut sama binatang?” potong Stephanie.

“Bukan begitu Stefie!” Stefie adalah panggilan pendek untuk nama panjangnya. “Paman Doug sudah tinggal di sana, jadi dia tahu kepada siapa bisa minta tolong. Contohnya saat kamu ingin foto bareng binatang, tentu pamanmu bisa mencari orang yang tepat yang bisa menemanimu dan bisa menjaga keselamatanmu!”

 “Oke lah Mami. Nanti aku minta tolong paman Doug!”

Waktu yang ditunggu-tunggu Stephanie tiba juga, akhirnya dia berkunjung ke rumah paman dan bibinya di Malawi, Afrika. Dalam perjalanan dari airport ke rumah, mereka banyak bercerita dan ngobrol bersama.

“Ini pertama kali Stefie ke Afrika ya?” paman Doug membuka percakapan.

“Iya Paman, senang rasanya bisa liburan ke benua ini!” seru Stephanie senang. “Oh iya, bibi Diana sedang sibuk ya?” tanyanya karena hanya paman Doug yang menjemput dia di airport tadi.

 “Iya bibimu sedang ada tugas di Palang Merah, sebagai petugas medis kami memang mesti siap untuk ditugaskan ke daerah-daerah yang memerlukan bantuan. Jadi maaf kalau bibi tidak bisa ikut menjemputmu. Tapi dia titip salam kepadamu.” urai paman panjang lebar.

“Enggak apa-apa kok Paman. Stefie sudah senang ada yang menemani. Nanti Paman bisa membantu ambil foto saat aku sama binatang...!”

 “Foto sama binatang?” potong pamannya tidak percaya.

“Iya... kata Mami, enggak afdol kalau wisata ke Afrika tidak ada foto sama binatang! Nanti akan aku upload di jejaring sosial... buat pamer teman-teman kalau Stefie tidak takut!” jelas Stefie.

Paman Doug tertawa, “Iya deh, nanti aku bantuin ambil fotonya... oh ya sama binatang apa? Harimau, singa, gajah...!”

“Iiih... takut ah... sama monyet saja!”

“Gak perlu takut, ada pawangnya kok. Binatang yang akan dipajang buat ambil foto tentu sudah dipilihkan yang jinak!”

“Mmmhmm... bolehlah kalau gitu!”

“Eeh... emang kalau foto sama monyet kurang afdol ya?” tanya Stephanie balik bertanya.

“Ya tergantung sih! Asal bukan monster monyet aja!” jawab pamannya.

Stephanie terhenyak, “Monster monyet? Apaan tuh? Baru dengar nih!” 

“Ada beberapa legenda monster di Afrika, salah satunya ya monster monyet itu! Mau aku ceritakan?”

Stephanie mengangguk, dia tertarik sekali untuk mengetahui cerita tentang monster monyet itu. Karena baru kali ini dia mendengar ada monster berujud monyet, “Iya Paman, gimana ceritanya?”

“Ada banyak legenda tentang species kera misterius di Afrika. Banyak dari makhluk-makhluk ini dideskripsikan mirip antara simpanse dan gorilla. Kera monster atau populernya kera hantu ini disebut Ufiti di Malawi. Sedangkan di daerah lain mempunyai sebutan yang berbeda, yaitu kera misteri Bondo. Diduga kera monster itu merupakan simpanse yang berperilaku mirip gorilla. Sejumlah ekspedisi dilakukan untuk menemukan species ini di Afrika Tengah sejak tengkorak-tengkorak ditemukan dekat desa Bili pada tahun 1908. Karena itulah makhluk ini kini disebut juga Bili Ape atau Kera Bili. Kera yang terdapat di desa Bili. Kera monster itu diklasifikasikan sebagai sub species dari simpanse.” panjang lebar paman Doug menjelaskan kepada Stephanie.

“Apakah paman Doug pernah melihatnya?” tanya Stefie dengan antusias.

Pamannya menggelengkan kepala, “Ini semacam legenda atau mitos. Jadi belum ada data ilmiah yang mengungkapkan secara gamblang.”

 “Tapi kan sudah ditemukan tengkorak-tengkorak di dekat desa Bili?” sergah Stephanie semakin penasaran.

“Iya sih, bukti tengkorak-tengkorak memang ada, bahkan masyarakat di desa juga mengatakan ada monyet atau kera monster. Tapi bukti fisik dari kera hantu itu belum ditemukan, makanya saat dulu heboh penemuan tengkorak itu, sejumlah ekspedisi berusaha mengungkap kebenarannya.”

“Mmhh... jadi kalau belum ada bukti fisiknya berarti cuma legenda saja ya alias bohongan ya Paman?”

“Kecuali nanti kamu bertemu kera hantu itu lalu foto bareng si monster itu...”

“IIih... Paman, enggak lah! Masak foto sama kera hantu bisa pingsan aku!!

Stepahine dan paman Dough tertawa terbahak bersama. Dalam hati yang paling dalam Stephanie sebenarnya ingin punya foto kera monster itu... lumayan bisa untuk pamer kepada teman-teman sekolahnya, tapi... tiba-tiba dia merinding sendiri, bukankah kera hantu itu buas? Ah sudahlah... mendingan foto sama monyet kebanyakan ajalah.

No comments:

Post a Comment

Toilet Tua Di Kampus

(Gambar Hanya Ilustrasi, bukan tempat kejadian sebenarnya) Kalau sudah libur, asrama disini, tidak peduli asrama putri ataupun putra, termas...