Kisah berikut ini aku dapatkan dari temanku, Miwa Kawamoto di Jepang. Miwa adalah teman bermainku semasa tinggal di Jepang dulu. Ketika itu aku tinggal di perfektur Fukushima, Jepang selama lima tahun, mengikuti ayahku yang sedang melaksanakan tugas belajar di sana. Aku sekolah di sana sampai lulus bangku SMP. Setelah itu, aku melanjutkan pendidikanku di Indonesia.
Dalam e-mail nya, Miwa bercerita kepadaku tentang sebuah berita laporan kematian yang cukup aneh yang terjadi pada minggu lalu, ketika itu ia sedang membaca sebuah koran harian “Daily Shinbun” di Jepang.
Miwa tertarik dengan berita itu karena di situ disebutkan bahwa salah satu korban yang meninggal adalah Yurika Ayukawa, yang merupakan teman bermain kami ketika duduk di bangku SMP dulu.
Berita itu mengisahkan,
Saat itu, ada sekelompok remaja yang terdiri dari 4 laki-laki dan 4 perempuan dalam satu sekolah perguruan tinggi yang sama. Suatu malam, mereka sedang mengadakan pesta kecil di rumah salah satu remaja tersebut. Menjelang tengah malam, mereka mengadakan sebuah permainan uji nyali untuk menguji keberanian dan mental masing-masing dengan pergi ke sebuah lokasi yang dipercaya banyak orang sebagai tempat yang berhantu.
Selama bertahun-tahun, mereka telah mendengar desas-desus cerita tentang sebuah gedung sekolah tua yang sudah lama ditinggalkan dan terletak di pinggiran kota. Penduduk sekitar mengatakan bahwa gedung sekolah tua itu telah dihuni oleh para hantu.
Tak satu pun dari para remaja itu yang percaya pada hantu, tetapi mereka hanya ingin bermain-main dengan tipuan lelucon kemudian menakut-nakuti antar sesama dan sepertinya sekolah tua yang ditinggalkan itu adalah tempat yang paling sesuai dengan ide mereka dan paling dekat dengan lokasi rumah mereka.
Salah satu dari mereka mempunyai sebuah mobil, sehingga dengan mudah mereka langsung melaju ke gedung sekolah tua tersebut. Sesampainya di sana, mobil pun langsung mereka parkir di luar lapangan.
Kedelapan remaja tersebut telah memutuskan, bahwa mereka akan mengeksplorasi gedung sekolah tua itu, kemudian mereka pun membuat sebuah kesepakatan untuk membagi mereka dalam empat pasangan, dan setiap pasangan akan berjalan mengeksplorasi gedung sekolah searah jarum jam, ini akan memakan waktu sekitar 10-20 menit untuk mengelilingi sekolah tersebut.
Pasangan pertama akan memulai permainan ini kemudian ketika mereka kembali, mereka akan memberitahu kepada pasangan selanjutnya mengenai apa saja yang mereka lihat di setiap ruangan sekolah atau bagian lain yang mereka lalui, dan menceritakan semuanya tanpa ada unsur kebohongan. Setelah itu, maka giliran pasangan selanjutnya untuk berjalan-jalan mengeksplorasi gedung sekolah.
Pasangan pertama, laki-laki dan perempuan yang akan memulainya dan langsung berjalan menuju sekolah, sedangkan 6 remaja lainnya menunggu di mobil. Beberapa saat setelah pasangan pertama masuk ke gedung sekolah itu, mereka yang menunggu di mobil mulai tidak sabar dan mulai penasaran dengan apa yang mungkin sedang terjadi di sana. Dan waktu pun berjalan. Saat itu sudah menunjukan lebih dari 20 menit, dan kedua teman mereka masih belum kembali ke mobil. Setelah 30 menit berlalu, para remaja tersebut mulai diserang rasa bosan untuk menunggu temannya tiba di mobil. Kemudian mereka sepakat dan memutuskan kepada pasangan nomor 2 untuk berjalan masuk ke gedung sekolah itu sekaligus mencari teman-teman mereka yang lebih dahulu ke sana.
Setelah pasangan nomor 2 masuk ke dalam gedung sekolah, remaja yang lain pun masuk ke mobil untuk menunggu giliran mereka. Setelah 20 menit berlalu, pasangan nomor 2 itu pun sepertinya juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan kembali ke mobil. Remaja lainnya yang menunggu di mobil tidak habis pikir tentang apa yang sedang terjadi pada teman-teman mereka di sana, saat itu pun mereka mulai saling bertanya-tanya apakah teman-teman mereka sedang bermain lelucon kepada mereka.
Sudah hampir satu jam sejak pasangan nomor 1 dan nomor 2 tidak kembali ke mobil. Kemudian dilanjutkan dengan pasangan nomor 3, pasangan ini sangat gugup dan sedikit merasa khawatir untuk berjalan masuk ke gedung sekolah itu, yang ada di benak mereka hanyalah ingin menemukan teman-teman mereka yang telah lebih dahulu ke sana namun tidak kembali ke mobil. Salah satu remaja perempuan, Kimiko Nakamura, mulai merasa panik dan menangis, ketiga remaja yang lain pun mencoba untuk menghiburnya. Pada akhirnya, ketiganya membuat kesepakatan dan berkata kepada Kimiko,
“Kami bertiga akan mencari mereka, kamu di sini saja dan selalu di dalam mobil. Namun jika kami bertiga tidak juga kembali ke mobil setelah 30 menit. Tolong hubungi polisi secepatnya.”
Setelah mereka bertiga pergi, tinggallah Kimiko sendirian di dalam mobil. Namun, tak berapa lama kemudian ia keluar dari mobil karena gugup dan berdiri sendirian di depan mobil melihat teman-temanya yang berjalan menuju ke gedung sekolah yang dingin dan gelap itu, ia bahkan sempat berteriak dan berkata,
“Cepat kembali, aku menunggu kalian di sini!”
Namun suara remaja perempuan itu tak sampai ke telinga teman-temanya yang sudah berjalan cukup jauh. Di tengah dinginnya malam, Kimiko pun mulai menangis. 10 menit, 20 menit, 30 menit bahkan sampai 1 jam dia tetap menunggu mereka untuk kembali ke mobil, tetapi tak satupun dari mereka yang kembali.
Akhirnya dengan panik ia segera masuk ke dalam mobil, memutar kunci kontak dan melaju ke kantor polisi terdekat untuk melaporkan kejadian tersebut. Dengan ditemani empat petugas polisi, Kimiko langsung menuju ke gedung sekolah tua tadi. Hingga fajar tiba, mereka masih tetap mencari ke tujuh remaja yang menghilang. Pada awalnya, mereka tidak bisa menemukan tanda-tanda mereka di halaman sekolah tetapi kemudian mereka menemukan bahwa ada sesuatu di dalam ruangan olah raga. Mereka melihat bahwa pintu gedung olah raga sudah terbuka, kemudian para polisi masuk ke dalam gedung itu, tetapi ruangan itu kosong. Sempat ada keheningan yang menakutkan di sana.
Dan... Betapa terkejutnya para polisi itu. Ketika mereka menengadah ke atas, ke langit-langit gedung olah raga, mereka melihat pemandangan yang sangat mengerikan. Mereka berhasil menemukan ketujuh remaja yang hilang tersebut, namun dalam keadaan yang begitu mengenaskan.
“Ketujuh remaja tersebut ditemukan dalam keadaan yang mengenaskan dan sudah tidak bernyawa, mereka semua tergantung dengan tali di langit-langit gedung olah raga dengan lidah menjulur dan kedua bola mata melotot seakan-akan mau keluar dari rongga mata!”
Polisi pun langsung memberondong Kimiko, si remaja perempuan yang masih hidup dengan berbagai pertanyaan, dan kimiko pun bersumpah bahwa dia telah mengatakan semua yang diketahuinya dengan sebenar-benarnya. Sayangnya, apa yang telah terjadi di sekolah tua itu bukanlah lelucon.
Ketujuh remaja itu telah masuk ke dalam gedung sekolah tua untuk permainan uji nyali dengan tujuan untuk menguji keberanian mereka, namun mereka malah menemui ajal di sana. Satu hal yang pasti, para remaja itu tidak punya alasan apapun untuk melakukan bunuh diri bersama.
Setelah berminggu-minggu para polisi mencoba untuk memecahkan misteri kasus kematian ini, mereka akhirnya menyerah dan menutup kasus ini, karena mereka tidak bisa menemukan bukti bahwa para remaja itu telah dibunuh atau bunuh diri.
Pada akhirnya, insiden itu dijelaskan sebagai kasus histeria massa (histeria massa adalah sebuah pandangan irasional atau perilaku tidak wajar yang menyebar luas kepada sejumlah orang yang sebenarnya bukanlah bentuk tindakan sosial tanpa arti yang diarahkan kepada orang lain).
Polisi mengklaim bahwa ketujuh remaja itu terlibat dalam semacam fakta bunuh diri. Sampai saat ini, setelah terjadinya peristiwa kematian misterius itu, tidak seorang pun di kota itu yang berani untuk menjelajahi gedung sekolah tua yang telah cukup lama ditinggalkan itu.
No comments:
Post a Comment