Tuesday, October 22, 2019

ARWAH-ARWAH YANG TERPERANGKAP (Perancis)


Berawal dari sebuah pameran tunggal oleh seorang seniman Perancis, Xavier de la Croix di museum La Musée sekitar awal bulan Juni tahun lalu, dari beberapa lukisan yang dipamerkan di sana, sebuah lukisan di antaranya segera menjadi trending topic di hampir seluruh media, baik media cetak, radio dan televisi, bahkan di dunia maya. 

Lukisan yang oleh penciptanya diberi judul “Les Mains Lui Resistent” ini dengan cepat terangkat reputasinya setelah diunggah ke internet dan jumlah “viewer”-nya menyentuh rating yang sangat tinggi hingga mencapai hampir dua belas juta orang, di samping itu beberapa media cetak juga telah berperan serta dalam mengangkat reputasi lukisan itu. Semua hanya berlangsung beberapa hari sejak artikel atau tulisan mengenai lukisan itu dimuat di media cetak, publik pun secara luas langsung membicarakannya. 

Apa sebenarnya yang menarik dari lukisan tersebut sehingga ia begitu ramai dibicarakan orang?

Padahal hanya sebuah lukisan biasa saja, bukanlah sebuah lukisan peninggalan pelukis terkenal zaman lampau. Dan sama sekali tidak mempunyai kode-kode rahasia seperti halnya lukisan Monalisa.

Sebenarnya hanya satu hal saja yang menyebabkan mengapa lukisan ini begitu menyedot perhatian publik, semua itu karena pihak penyelenggara pameran menduga bahwa lukisan ini berhantu.

Pihak penyelenggara pameran mulai menyadari ada sesuatu yang terasa aneh dan terlihat tidak normal dengan lukisan ini semenjak dari hari pertama mereka memajangnya di ruang pameran di museum yang mereka kelola. 

Di malam hari menjelang pameran akan dibuka esok harinya, para staff dan karyawan museum sibuk mengatur tata letak agar lukisan-lukisan yang akan dipamerkan nantinya tertata rapi. Nah, di malam itulah beberapa peristiwa aneh dan tidak bisa dijelaskan mulai terjadi secara beruntun.

Pada awalnya, lukisan “Les Mains Lui Resistent” tersebut tidak ditemukan oleh para karyawan. Bahkan ketika dicari-cari hingga larut malam pun tidak juga ditemukan. Sampai akhirnya pihak penyelenggara pameran menelepon dan protes kepada perusahaan ekspedisi yang mengurus pengiriman lukisan tersebut ke museumnya. Namun pihak perusahaan ekspedisi bersikeras bahwa semua lukisan telah dikirim tanpa terkecuali.

Dan ketika semua karyawan sudah mulai putus asa karena lukisan tersebut tidak kunjung ditemukan, tiba-tiba Louis Hiver, yang merupakan salah seorang staff bagian keamanan berteriak bahwa lukisan yang dicari sudah terpajang di tempatnya. 

Sungguh sulit dipercaya, bagaimana bisa lukisan tersebut bisa berada di tempatnya dengan sendirinya. Dan malam itu semua orang di museum itu saling tuding bahwa salah seorang atau beberapa orang di antara mereka sedang usil dan bercanda secara keterlaluan. Namun keanehan di malam itu tidak berhenti begitu saja. Lukisan tersebut berulang kali terjatuh dari tembok, dan paku pengait yang menempel di tembok selalu hilang dan tidak pernah ditemukan. Karena kesal, akhirnya pihak penyelenggara pameran memutuskan agar lukisan itu tidak dipajang di tembok melainkan di atas meja. 

Akhirnya setelah kerja lembur semalaman, pameran pun bisa dibuka keesokan harinya. Acara seremonial pembukaan pameran berlangsung singkat saja namun cukup khidmat.

Pada awalnya, para pengunjung pameran berkeliling melihat-lihat semua lukisan yang dipamerkan. Namun lambat laun mulai terjadi kerumunan di satu titik di ruang pameran tersebut. Ya benar, mereka berkerumun di depan lukisan “Les Mains Lui Resistent.”

Beberapa orang pengunjung pameran melaporkan bahwa mereka beberapa kali melihat penampakan “anak-anak” di dalam lukisan itu. Penampakan tersebut datang dan pergi. Kadang terlihat, kadang menghilang begitu saja. Dalam penampakan di lukisan tersebut terlihat jelas anak-anak itu saling bertengkar dengan sesama mereka.

Beberapa staff dan karyawan museum yang semula tidak percaya dengan laporan tersebut akhirnya juga memberi kesaksian yang sama, mereka mulai melaporkan tentang keanehan pada lukisan itu.

Menurut mereka, anak perempuan di dalam lukisan itu sering terlihat memukuli anak lelaki di sebelahnya dengan benda yang dipegang di tangannya, benda tersebut terlihat seperti tongkat bambu, namun di lain waktu berubah dan tampak seperti sebuah batang besi, kemudian berubah lagi dan terlihat seperti tongkat bambu lagi.

Para petugas jaga malam di museum tersebut juga melaporkan bahwa “anak-anak” dalam lukisan tersebut kadangkala pergi keluar meninggalkan lukisan itu dalam bentuk “hantu” dan melanjutkan pertengkaran mereka.

Pada awalnya publik ragu dan tidak percaya dengan berita yang mereka dapat. Mereka menduga bahwa ini semua hanyalah cerita karangan dari pihak penyelenggara pameran untuk membuat sensasi dengan tujuan agar pamerannya laku keras. 

Para pengunjung yang melaporkan keberadaan hantu dalam lukisan itu tidak bisa menerima protes yang dilontarkan oleh sebagian masyarakat yang tidak percaya akan kejadian tersebut. Dan mereka pun menyanggah protes tersebut dan dimuat di beberapa media. Namun mereka yang tidak mempercayai laporan tersebut balik menyerang dengan berbagai argumentasi yang menurut mereka rasional. Kemudian berulang kali terjadi saling sanggah di media masa, sehingga menimbulkan perang opini yang cukup menghebohkan, masing-masing pihak mengklaim kebenaran versi masing-masing, dan masing-masing pihak juga memiliki pendukung mereka sendiri. 

Dalam usaha meyakinkan publik akan kebenaran laporan mereka, penyelenggara pameran memasang sebuah kamera CCTV untuk mengawasi lukisan itu dan memantau pergerakan dalam ruang pameran. Selama 3 hari 3 malam kamera CCTV tersebut dipasang, di hari ke-4, hasil pemantauan dari kamera tersebut diperiksa.

Hasilnya amat mengejutkan. Dari video yang terekam oleh kamera CCTV tersebut bisa dilihat bahwa di sana walaupun figura pada lukisan tersebut tidak bergerak, namun warna-warna lukisannya seakan berubah-ubah, dan gambar tongkat yang dipegang oleh tangan “anak perempuan” dalam lukisan itu tiba-tiba berubah menjadi semacam bentuk yang menyerupai sebuah senjata.

Lukisan itu seakan-akan mempunyai nyawa dan bisa hidup dengan sendirinya. Objek pada tangan itu mungkin berubah akibat kesan pencahayaan yang berubah-ubah, namun mereka yang menyaksikan berbagai keanehan yang selama ini terjadi berkaitan dengan lukisan tersebut bersikeras menyatakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan lukisan tersebut.

Sebenarnya pihak panitia ingin agar lukisan itu disimpan saja jauh dari museum namun mereka sudah terlanjur terikat kontrak untuk memamerkan karya-karya Xavier de la Croix tanpa terkecuali. Jadi, mereka tidak berani untuk membuangnya atau bertindak lebih keras dengan membakarnya. Maka mereka pun lantas mengunggah lukisan tersebut ke internet serta memuatnya di media cetak, dengan tujuan agar banyak yang bisa menyaksikan lukisan tersebut, dan siapa tahu publik akan tertarik dan ada yang bersedia untuk membelinya. 

Sebelum lukisan ini dipamerkan untuk dijual, ia pernah dikritik oleh seorang pengkritik seni yang kemudian mati selang setahun kemudian. Pemilik galeri dimana lukisan ini dulu pernah dipamerkan turut mati setahun selepas pameran itu.

Walaupun hal ini mungkin hanya sebuah kebetulan, namun Xavier de la Croix sendiri tidak menolak kemungkinan bahwa kematian mereka bisa jadi merupakan awal bagi kutukan yang dibawa oleh lukisannya itu. Sejak saat itu, perjalanan karya seninya ini menjadi penuh misteri. 

Xavier de la Croix sendiri tidak pernah menyangka kalau lukisan yang idenya didasarkan pada pengalaman masa kecilnya tersebut bisa menyedot perhatian yang sedemikian besar, namun tidaklah terlalu terkejut bila memperhatikan bahwa sebelum ini pernah terjadi dua kali kematian dalam suatu masa setelah lukisan itu mulai dipamerkan di masa lalu.

Sedangkan di pameran kali ini juga terjadi hal-hal aneh berkaitan dengan pameran lusisan-lukisannya. Ada saja pengunjung pameran yang setelah melihat lukisan “Les Mains Lui Resistent” menjadi merasakan kelelahan yang amat sangat dan mulai merasa tidak sehat, bahkan yang lebih buruk lagi adalah beberapa dari mereka ada yang sampai jatuh pingsan.

Selain itu banyak pula anak-anak yang mengunjungi museum dan kemudian melihat lukisan tersebut langsung diserang histeria begitu melihatnya. Dan sepulangnya dari museum, mereka mulai didatangi mimpi-mimpi aneh dan seram yang membuat mereka menjerit-jerit ketakutan.

Setelah rating dari lukisan “Les Mains Lui Resistent” itu meningkat secara mendadak, Xavier de la Croix kemudian menghadirkan dua buah lukisannya yang lain kepada publik dengan memamerkannya di gallery seni Les Oiseaux beberapa bulan kemudian, namun pamerannya kali ini kurang begitu mendapat sambutan dari publik.

No comments:

Post a Comment

Toilet Tua Di Kampus

(Gambar Hanya Ilustrasi, bukan tempat kejadian sebenarnya) Kalau sudah libur, asrama disini, tidak peduli asrama putri ataupun putra, termas...